Jakarta, Jayaposnews.co.id – Kawasan Jalan Raya Cacing menuju arah Cakung, Jakarta Timur, maupun sebaliknya dari Cakung menuju arah Tanjung Priok, Jakarta Utara kini menjadi salah satu titik terpadat dan paling rentan terhadap masalah lingkungan dan infrastruktur.
Seolah tak mengenal waktu, kemacetan di kawasan industri untuk bongkar muat kontainer ini dapat terjadi kapan pun, mulai dari pagi, siang ataupun malam hari. Kemacetan di kawasan ini umumnya disebabkan oleh antrean truk trailer yang hendak memasuki area depot kontainer.
Seperti depo kontainer PT Fortune sering menjadi penyebab macet. Truk kontainer yang akan masuk depo ini menyebabkan antrian panjang yang berujung terjadinya kemacetan parah. Kemacetan yang terjadi pun, baik arah ke Tanjung Priok Jakarta Utara maupun arah Cakung, Jakarta Timur.
Kawasan ini juga dikenal sebagai ‘zona debu’ karena tingginya tingkat polusi udara. Saat musim kemarau tiba, debu beterbangan tanpa henti, menempel di bangunan, kendaraan, bahkan mengganggu pernapasan warga sekitar.
Sebaliknya pada musin penghujan, kawasan ini juga menjadi langganan banjir. Saluran air yang buruk, ditambah tumpukan sampah dan minimnya ruang terbuka hijau membuat air cepat meluap dan merendam jalan.
Salah satu titik kemacetan parah kerap terjadi dari JGC menuju arah Tanjung Priok. Anggota Lantas Polsek Cakung dilapangan harus melakukan segala upaya yang dimiliki guna mengurai kemavetan yang terjadi.
Kanit Lantas Polsek Cakung, Anjun Komisaris Polisi (AKP) Dwi Hari Setianto mengatakan, pihaknya selalu bekerja keras guna mengurai kemacetan di Jalan Raya Cakung-Cilincing yang selalu dipadati kendaraan besar seperti truk kontainer dan mobil pengangkut barang.
Anggota dilapangan setiap hari bekerja keras mengatur arus kenderaan berat pengangkut peti kemas, baik yang masuk maupun yang keluar depo di Jalan Cacing. Namun akibat maraknya truk kontainer yang masuk depo, kemacetan tetap saja tidak terhindarkan.
“Kegiatan bongkar muat petikemas di depo kontainer di kawasan Jalan Cacing sebagai salah satu penyebab utama kemacetan, harus dicarikan solusinya. Kemacetan ini jelas merugikan semua pihak, baik masyarakat pengguna jalan maupun stakeholder lainya,” ungkap Dwi Hari, Rabu (14/5/2025). (Rosid)
