Pemimpin Harus Punya Hati Baik: Refleksi untuk Indonesia Ke Depan

TAK ADA YANG ABADI DI DUNIA
Jakarta,www.jayaposnews.co.id – Sejarah umat manusia mengajarkan bahwa tidak ada yang abadi di dunia. Kekuasaan, kekuatan, persahabatan, bahkan permusuhan, semuanya memiliki ujung dan muara akhir. Dalam siklus kehidupan ini, selalu ada ruang untuk kejayaan dan kegelapan, penindasan dan pembebasan. Fenomena ini adalah bagian dari hukum alam yang terus berulang atau reduplikasi.

Namun, di tengah dinamika tersebut, manusia diberi peluang untuk menciptakan peradaban yang lebih baik. Di sinilah peran pemimpin menjadi sangat penting, bukan sekadar mengatur, tetapi menghadirkan kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua.

HATI YANG BAIK MISI UTUSAN TUHAN

Sejak dahulu, Tuhan mengutus nabi, rasul, dan wali untuk membawa pesan moral yang hakiki: menanamkan hati yang baik pada manusia. Hati yang baik bukan hanya soal empati, tetapi juga menjadi fondasi bagi tindakan yang membawa manfaat bagi sesama manusia dan alam semesta.

Hati yang baik adalah karakter yang mencerminkan rahmat bagi semesta (rahmatan lil’alamin). Sebaliknya, hati yang buruk membawa kehancuran dan penderitaan. Inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan akal dan hati, manusia memiliki tanggung jawab besar sebagai pemimpin di muka bumi.

PEMIMPIN HARUS PUNYA HATI BAIK

Sejarah membuktikan, ketika pemimpin memiliki hati yang baik, kedamaian dan kemakmuran menjadi nyata. Namun, ketika hati pemimpin didominasi oleh keburukan, kehancuran dan konflik tidak terhindarkan.

Pemimpin yang memiliki hati yang baik akan selalu berpihak kepada kebenaran dan keadilan, menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya. Sebaliknya, pemimpin dengan hati yang buruk sering kali hanya mengejar ambisi pribadi atau kelompok, yang akhirnya membawa kehancuran bagi masyarakat.

BAGAIMANA INDONESIA KE DEPAN?

Indonesia telah melalui berbagai era: Orde Lama (1945–1966) dengan semangat aristrokrasi, Orde Baru (1966–1998) yang berpusat pada oligarki, dan Era Reformasi (1998–2024) yang ditandai oleh dinamika demokrasi. Setiap era memiliki tantangan dan keberhasilan masing-masing. Kini, kita berada di ambang transisi menuju era keadilan.

Perjalanan bangsa ini menunjukkan bahwa keberhasilan atau kegagalan suatu era sangat dipengaruhi oleh karakter pemimpin. Selama 21 tahun 19945-1966, Bung Karno, Presiden RI Ke-1, Bapak Proklamator, membawa bangsa ini menuju kemerdekaan dan kemandirian di era awal berdirinya republik. Presiden RI Ke-2, Soeharto selama 32 tahun 1966-1998 menjadikan stabilitas sebagai fondasi dasar pembangunan dan mewjudkan kesejahteraan berkeadilan di era Orde Baru. Di era reformasi selama 26 tahun 1998-2024 yang kedepankan demokrasi, Indonesia menyaksikan pergantian pemimpin dengan pendekatan yang beragam, dari BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi hingga ujung muara dan berakhir pada puncak kulminasi era reformasi yaitu Pemilu 2024.

Prabowo Subianto Presiden RI Ke-8 Pimpin Transisi Era Keadilan

Namun, tantangan besar masih ada: bagaimana mewujudkan cita-cita bangsa untuk menjadi masyarakat yang adil dan makmur yang dirdihoi Allah SWT dibawah naungan NKRI berdasarkan Pancasila, UUD 1945, serta kibaran bendera Merah Putih dan Panji Bhineka Tunggal Ika. Dengan segala dinamikan bahkan kontroversi Pemilu 2024 merupakan momentum sangat mendasar, strategis dan penting. Bahkan menjadi puncak akumulasi dinamika selama era reformasi, dan Indonesia transisi ke era keadilan dipimpin Presiden RI Ke-8 Prabowo Subianto. Apapun hasilnya, transisi ini harus menjadi langkah menuju Indonesia yang lebih adil, makmur, inklusif dan transformatif.

TATAP KE DEPAN GAPAI HARAPAN DAN CITA-CITA BANGSA

Indonesia adalah bangsa terbesar dan terkuat di dunia. Negara tersubur dan tersubur di dunia. Sangat kaya akan budaya, sumber daya alam, dan semangat gotong royong. Bahkan paling strategis berada pada zamrud khatulistiwa. Saat ini dan ke depan tantangan dan permasalahan Indonesia makin berat dan kompleks. Kita mampu melewatinya asal mau, harus dihadapi dengan penun optimisme, sekeçil apapun tidak boleh ada pesimisme, tidak boleh mengendurkan tekad untuk terus maju. Dibawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianyo, sosok pemimpin yang ikhlas (berhati baik), Indonesia akan mampu menghadapi segala tantangan, persoalan dan mewujudkan cita-cita besar bangsa, mampu sukses menjemput puncak bonus demografi 2030 dan jadi negara maju 2045.

Sebagai anak bangsa, coretan ini adalah refleksi sekaligus harapan. Mari bersama-sama, dengan semangat kebersamaan dan kerja keras, menjadikan era keadilan sebagai tonggak sejarah menuju Indonesia yang aman, damai, sejahtera, dan bermartabat.

Jakarta, 26 Desember 2024
*dr. Ali Mahsun ATMO, M. Biomed

  1. Cah Ndeso, Putra Asli Pinggir Utara Sungai Brantas, Mojokerto, Jawa Timur.
  2. Ketua Umum Komite Ekonomi Rakyat Indonesia (KERIS)
  3. Ketua Umum Asosiasi PKL Indonesia (APKLI-P)
  4. Presiden Kawulo Alit Indonesia (KAI)

(Rosid)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *