Jakarta, Jaya Pos News
Saat sedang pandemi hingga menyebabkan perekonomian lesu, ada saja oknum yang disinyalir ‘menyunat’ dana bantuan sosial (bansos) di Daerah Pulo Gadung, Jakarta Timur. Atas laporan warga, Wartawan Jaya Pos News langsung menelusuri dan mengklarifikasi terkait laporan warga tersebut kepada oknum RT dan RW setempat. Ini terjadi di Kelurahan Pulo Gadung RT 03 RW 01 Kecamatan Pulogadung.
Salah satu warga rt 03 rw 01 Ibu Y (41) Rabu (6/5/20) mengatakan rt 03 ini pilih kasih, saya tidak dapet bansos karna saya bukan tinggal di rt 3 padahal saya ktp nya domisili rt 3 rw 01 kelurahan pulogadung, sementara saudaranya yang tinggal di Bekasi dan Cipinang dapat bansos dan ada juga warga Kayu Putih dapat Bansos, mereka semua sama dengan saya bukan tinggal disini lagi, saya pindah baru tiga bulan lalu karena bajir, jadi alamat ktp saya masih di rt 03, makanya saya protes, ternyata rt malah mau usir saya dari wilayahnya, banyak kok saksinya di balai warga, emang bisa seenaknya rt usir warganya, tutur Y dengan nada kesal, saya sih bukan masalah sembakonya tapi caranya itu saya gak suka lanjut Y. Setiap ada pembagian sembako yang diutamakan pasti keluarga dan orang dekatnya.
Kalau memang warga yang tidak tinggal di wilayah rt 03 tidak dapat iya gak apa apa, tapi yang lain kenapa dapat, sebagai rt yang adil lah, ucapnya.
Dugaan kuat RW dan RT melakukan pelanggaran dalam menyalurkan Bansos Covid-19. Pasalnya Bantuan Presiden ( Banpres) berupa sembako yang setiap paket bansos berisi 14 bungkus mi instan, 10 kg beras, 2 liter minyak goreng, 2 sarden, 2 kornet, 3 sabun batang, 1 kotak teh celup, 1 botol saos, 1 botol kecap, dan 1 liter susu dan menggunakan tas merah putih. Setelah disalurkan ke warga menjadi kantong kresek warna hitam dan isinya tentu sudah jauh beda. Warga menerima hanya berupa, 5 liter beras, 1 botol kecap, 1 kaleng sarden, 10 mie instan dan 1 bungkus plastik setengah kilo gram minyak goreng curah. Beras dituang begitu saja ke kantong kresek dan ditimpa dengan minyak goreng dan lain lain, sehingga beras tercampur dengan minyak tersebut, terkesan buru buru.
Tidak sampai disitu oknum tersebut meminta uang sebesar rp 5000,- kepada setiap warga dengan dalih bayar kuli angkut sembako, sementara jarak sembako dari warga hanya beberapa meter. Dimana hati nurani seorang rt yang konon ketua rt itu harus mengayomi warga nya bukan malah memeras, miris.
Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Ketua Rt 03 Rw 01 Fitria (Pipit) membenarkan isi sembako yang diterima warga sudah dibagi dengan dalih biar sama rata. Dan itu sudah dirapatkan dengan Rw dan itu keputusan bersama katanya.
Untuk memastikan hal ini wartawan Jayapos News menemui RW 01 dirumahnya sudah dua kali tapi tidak berhasil ditemui.
Ditempat terpisah Kepala Lurah Pulo Gadung Haris ketika dikonfirmasi mengenai penyaluran bansos yang tidak adil kepada warganya, mengatakan saya sebagai lurah hanya monitor karena sembako langsung ke RW, jadi saya tidak tau maslah itu ujar lurah.
Lurah seakan akan lepas tangan permasalahan warganya tentang aduan warga kepada lurah yang tidak ada solusinya, apa benar ini mutlak kesalahan rw dan rt? Padahal Presiden Jokowi berulang ulang mengatakan, apabila ada warga tidak dapat bansos dan yang terdampak corona, harus berani melaporkan ke lurah, setelah warga melapor ternyata tanggapan lurah tidak memuaskan warganya.
Sampai detik ini warga yang melapor itu tidak dapat sembako, malah petugas yang menguasai sembako oknum rt 03 mengajak ribut warganya, tidak mencerminkan sebagai pajabat RT.
Kalau bisa rt nya lengserin aja diganti aja celetuk salah seorang ibu ibu yang kebetulan ada disekitar pos rw dengan bada kesal, mungkin masih banyak warga lain yang tidak suka kepemimpinan rt 03 ini, tapi mereka takut mengutarakannya.
Salah satu warga ibu rumah tangga Yt (43) mengatakan, saya dapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) lansia Rp. 600.000,- dengan ATM BNI, tapi saya tidak pegang ATM nya, setiap bulannya dipotong rp. 100.000, setiap saya minta ATM nya dia (rt) tidak mau ngasih, masa punya sendiri dia yang kuasai? ucapnya dengan nada marah dan kesal. Waktu orang tua saya sakit rt mengumpulkan dana dari warga dengan alasan buat orang tua saya yang sedang sakit, setelah dana terkumpul tapi tidak ada sepeser pun sampai ke tangan saya sebagai anak, itu dimakan sendiri sama rt nya, terang Yt.
Menurut rt pipit kartu lansia saya pegang agar bisa digunakan dengan baik oleh pemiliknya karena selama ini pemilik tersebut tidak bisa atur keuangannya, kadang kontrakan nunggak dananya diambil dari kartu tersebut, maslah seratus ribu saya sudah ijin dari keluarga nya itu buat kas rt sewaktu-waktu ada warga yang sakit, ujar Pipit membenarkan.
Menanggapi permasalahan diatas, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat “Aliansi Masyarakat Bawah Jakarta” (AMBJ) Taufik Alamsyah, SH. ketika dimintai tanggapannya mengatakan, apapun alasannya mengambil yang bukan haknya itu jelas salah, kalau memang benar begitu, itu sudah menyalahi aturan, kami akan menginvestigasi lebih mendalam, apa bila nanti ditemukan pelanggaran kami akan melaporkan ke pihak berwenang ucap Taufik.
Terkait permasalahan amburadulnya pembagian bansos coron di kelurahan pulogadung, diminta kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan agar meninjau ulang jabatan Lurah Pulogadung karna tidak bisa memberikan solusi yang baik kepada warganya yang terdampak Covid-19, yang sudah bolak balik ke kelurahan melaporkan tapi tidak ada jawaban yang memuaskan warga, dan segera mengganti perangkat Rw 01 Rt 03 Kelurahan Pulogadung, Kecamatan Pulo Gadung. (rosid/bram)